Orientasi Kehidupan - Tafsir Surat Al-Layl (1-21)

10 November 2024

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَالَّيۡلِ اِذَا يَغۡشٰىۙ‏ ١

وَالنَّهَارِ اِذَا تَجَلّٰىۙ‏ ٢

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),

Demi siang bila terang benderang,

(QS. Al Layl: ayat 1-2)

Lail itu adalah malam, malam itu istilah dari redaksi Al-quran bahasanya tinggi sekali. Ketika malam sudah meliputi atau menyelimuti, apa yang diliputi atau diselimuti? Siang hari. 

Malam hari adalah waktu ketika seseorang istirahat melepaskan kepenatan, jadi bisa berfikir. Ketika kita bangun, beraktivitas lagi, wannaha iza tajalla, tajalla itu terang benderang.

Dari gelap kemudian terang benderang, jadi kita disuruh berpikir. Siapa yang mengatur ?

Disini kita mengagungkan Allah. 

Hidup hanyalah membesarkan Allah.

Hidup hanyalah mencintai Allah.

Karena cinta adalah ketaatan, 

Karena cinta adalah kepasrahan.

Subhanallah. Kalau kita cinta Allah pasrah dan tunduk (bahasa Arabnya) Islamun.

Orang yang tunduk dan pasrah bahasa Arabnya adalah muslim.

Sekarang kita coba lihat diri kita sebagai muslim apakah menjadikan malam dan siang hari agar mengingat tujuan kita itu hanya membesarkan Allah.

Betapa banyak kata kata di Al-Qur’an diulang-ulang tentang tanda kebesaran Allah dengan salah satunya adalah silih bergantinya siang dan malam.

Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak berfikir. Sampai pun orang beriman melihat silih bergantinya siang dan malam adalah hal yang biasa saja. 😥

Padahal ketika kita deep thinking atau berfikir mendalam kita bisa melihat bahwa siang dan malam adalah tanda kebesaran Allah.

Maka kita kecil di hadapan Allah azza wajalla dan Allah Maha Besar. 

Bayangkan berandai-andai apabila Allah menjadikan kita mengalami malam terus tidak ada namanya siang, tidak ada cahaya sama sekali, kira-kira kita bisa hidup atau tidak?

Karena apa yang kita makan itu adalah tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan butuh cahaya maka di dalam cahaya itu ada kehidupan. Apabila malam terus ya kita susah, disini kita disuruh berpikir. Bayangkan kalau Allah SWT jadikan ini semua malam. Ini dalam al-quran. 

Coba bayangkan apabila siang terus menerus, maka silih bergantinya siang dan malam adalah tanda kebesaran Allah.

Sudahkah kita membesarkan Allah dengan melihat setiap saat pagi dan sore pergantian siang dan malam agar kita berpikir dan berdzikir?

Maka setelah shalat subuh dan shalat ashar, tidak ada sholat, supaya kita tidak disorientasi hidup, tidak lupa tujuan hidup kita.

Orientasi kita kepada Allah, hanya membesarkan dan mengagungkan Allah.

Ketika kita melihat malam hari yang benar benar dahsyat Ya Allah, nikmatnya tidur lalu dijadikan tidur lalu bangun lagi, beraktifitas di siang hari dengan ada cahaya matahari

Disinilah gambaran TANDA kebesaran Allah supaya kita membesarkan Allah.

Jadi sekarang ketika kita melihat pergantian siang dan malam, masya Allah subhanallah berdzikir bisa apa saja untuk mengingat tanda kebesaran Allah.

Allah bersumpah dengan makhlukNya, yaitu malam dan siang juga dengan makhlukNya yaitu laki laki dan perempuan. 

وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالۡاُنۡثٰٓىۙ‏ ٣

Demi penciptaan laki-laki dan perempuan,

(QS. Al Layl: ayat 3)

Allah menciptakan makhlukNya berpasang-pasangan.

Di dalam diri manusia ada hawa nafsu, kita bisa mencintai seseorang punya anak dan cucu sehingga manusia punya peradaban.

Beda halnya dengan malaikat terbuat dari cahaya,  mereka tidak beranak pinak dan mereka tidak mempunyai keturunan. Tidak ada perdebatan Malaikat.

Disinilah perbedaan. Kenapa Allah swt berbicara laki-laki dan perempuan, karena setiap ciptaan memiliki rasa cinta atau syahwat terhadap dunia. 

Itu FITRAHNYA digambarkan dalam Surat Al-imran ayat 14 memang setiap insan diberikan hawa nafsu.

USAHA MANUSIA BERBEDA BEDA

اِنَّ سَعۡيَكُمۡ لَشَتّٰىؕ‏ ٤

sungguh, usahamu memang beraneka macam.

(QS. Al-Layl: ayat 4)

Manusia dibagi dua :

 Yang PERTAMA orientasinya kepada Allah dan juga hari akhirat. 

Yang KEDUA , orientasi kehidupannya hanyalah dunia saja. 

فَاَمَّا مَنۡ اَعۡطٰى وَاتَّقٰىۙ‏ ٥

Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,

(QS. Al-Layl: ayat 5)

Golongan yang pertama adalah orang orang yang bersedekah. 

اَعۡطٰى 

memberi.

 وَاتَّقٰىۙ‏ 

bertakwa.

Memberi (sedekah) dengan penuh ketakwaan 

Tidak semua perilaku memberi (bersedekah) dengan ketakwaan 

Seperti contohnya zaman sekarang ini calon presiden atau calon gubernur atau calon pejabat dia memberikan sedekah beras atau minyak goreng. 

Apakah kebaikan ini betul betul karena Allah, karena ketakwaan atau kepentingan duniawi ? 

Maka disini gambaran golongan yang baik adalah dia memberi dengan harapan kepada Allah,

Bagaimana mengetahui hal itu ? 

وَصَدَّقَ بِالۡحُسۡنٰىۙ‏ ٦

dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga),

(QS. Al-Layl: ayat 6)

Kita bersedekah karena kita yakin disini ada PERINTAH Allah. Kita membenarkan, yakin bahwa pasti ada balasan dari Allah. 

Keyakinan ini  harus DIBENARKAN dalam perilaku maka itu disebut dengan صَدَّقَ. 

Maka menurut hadits setiap perbuatan baik adalah sedekah, apapun kebaikannya.

Contohnya kita memberi makan ke orang lain, padahal uang kita pas pasan karena kita yakin Allah akan menggantikan dengan yang jauh lebih baik. 

Subhanallah 

 Orang yang memberi di jalan Allah akan  diberikan kemudahan urusan dunia. 

فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلۡيُسۡرٰىؕ‏ ٧

maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan).

(QS. Al-Layl: ayat 7)

Contohnya : 

Kita tidak gampang sakit-sakitan, kalau sakit cepat sembuh, Dimudahkan urusan dunia seperti urusan anak-anaknya, nafkahnya lancar, sehat walafiat.

Juga dimudahkan di AKHIRAT , ketika sakaratul maut mengerikan, tapi gara-gara sedekah dimudahkan, 

ketika  di alam barzakh dimudahkan oleh Allah azza wajalla kemudian nanti di mahsyar, semuanya dimudahkan.

Allah memberikan kemudahan di kehidupan dunia dan akhirat untuk menggapai yusro yaitu bahagia abadi namanya surga.

Adapun yang KEDUA adalah orang bakhil, kikir, sombong, angkuh dan, merasa tidak butuh siapa pun. Bahkan Tuhan pun tidak dibutuhkan !!. Merasa cukup.

وَاَمَّا مَنۡۢ بَخِلَ وَاسۡتَغۡنٰىۙ‏ ٨

Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah),

(QS. Al-Layl: ayat 8)

Sekarang lihat betapa banyak orang hartanya berlimpah, tapi tidak ingat untuk bersedekah, maka mereka malas sekali bahkan susah untuk mengikuti kajian kajian agama 

وَكَذَّبَ بِالۡحُسۡنٰىۙ‏ ٩

serta mendustakan (pahala) yang terbaik,

(QS. Al-Layl: ayat 9)

Kita nasehati orang kaya, untuk sedekah agar dapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Tapi tidak mereka dengar, karena belum tentu semua tergerak hatinya. Karena mereka tidak yakin. 

فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلۡعُسۡرٰىؕ‏ ١٠

maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan).

(QS. Al-Layl: ayat 10)

Sementara, orang yang bakhil akan dipersulit oleh Allah azza wajalla, di kehidupan dunia apalagi  akhirat. Dimudahkan urusannya ke neraka.

Kita lihat zaman sekarang, Orang punya jabatan disumpah pakai Al-Qur’an tidak nampak dari wajah mereka rasa takut. Semua dimudahkan jalannya ke neraka, itu namanya istidraj. 

Itulah disorientasi kehidupan. 

Cobalah kita lihat diri kita apakah kita dimudahkan urusan dunia menuju ke surga atau neraka?

Harta kita tidak ada manfaatnya kalau kita sudah meninggal dunia. 

وَمَا يُغْنِيْ عَنْهُ مَا لُهٗۤ اِذَا تَرَدّٰى 

“Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia telah binasa."

(QS. Al-Lail 92: Ayat 11)

Semua kenikmatan dunia yang kita terima semuanya akan ditanya.

ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ

“kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan."

(QS. At-Takasur 102: Ayat 8)

Ada yang punya rumah seperti istana, mewahnya luar biasa.

 Apakah mobil yang kita simpan di rumah akan ada manfaatnya buat kita ketika kita sudah meninggal dunia? 

Maka jangan sampai kita lupakan akhirat.

Orang yang punya obsesi akhirat bisa melihat *masa depan* karena ada cahaya di dalam hati.

Kalau harta kita disumbangkan di jalan Allah itulah yang akan menolong kita dan sangat bermanfaat. 

اِنَّ عَلَيْنَا لَـلْهُدٰى 

“Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk,"

وَاِ نَّ لَـنَا لَـلْاٰ خِرَةَ وَا لْاُ وْلٰى

“dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia itu."

(QS. Al-Lail 92: Ayat 12, 13)

Kadangkala orang berfikir agama hanya urusan akhirat saja, itu SALAH. 

Sedekah kita, kebaikan kita, dengan penuh ketakwaan akan memudahkan urusan DUNIA AKHIRAT bukan sekedar akhirat.

Allah juga memperingatkan akan neraka yang menyala-nyala 

فَاَ نْذَرْتُكُمْ نَا رًا تَلَظّٰى 

“Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala,"

لَا يَصْلٰٮهَاۤ اِلَّا الْاَ شْقَى 

“yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka,"

الَّذِيْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى 

“yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman)."

(QS. Al-Lail 92: Ayat 14-16)

Yaitu bagi orang yang sudah dikasih tahu aturan agama *malah berpaling.* 

Diberitahukan dalil dalil Al- Qur’an dan Hadits justru tersinggung dan tidak mau dengar.

Al Qur’an sebagai Petunjuk tidak didengar justru yang didengar adalah bisikan hawa nafsunya dan bisikan syetan yang terkutuk.

Sekali pun seorang ustadz !!!

 Jangan sampai kita ceramah menunjukkan kita " orang pintar” dengan title pendidikan dan pengalaman kita agar dihormati oleh orang lain. Haus pujian manusia.

Dari Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Abdullah Ibnu Rabbuh Al Bagdadi, telah menceritakan kepada ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahab Ibnu Atta, dari Yunus, dari Al Hasan, dari Ibnu Abbas dan dari Nabi SAW yang telah bersabda : “Sesungguhnya didalam neraka Jahanam,  benar-benar terdapat sebuah lembah, yang neraka Jahanam sendiri meminta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu, setiap harinya sebanyak 400 kali. Lembah itu disediakan bagi orang-orang yang riya' (pamer) dari kalangan umat Nabi Muhammad yang hafal Kitabullah (Al-Qur’an) dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Allah dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad (tetapi bukan karena Allah)”

Jangan sampai Allah swt memberikan kita kenikmatan dunia hanya untuk mencari ridho manusia (pamer/riya).

Cek diri kita supaya kita bisa ke surga, jangan sampai masuk ke lembah JUBB AL-HAZN.

جب الحزن 

Yang Hanyut mengikuti hawa nafsu dunia menjadikan nikmat sebagai pendorong ke api neraka…

Ada yang ber wajah rupawan dengan wajah ini ia  malah menghina orang yang jelek,

Ada yang punya harta malah tanpa sadar ia menghina orang yang miskin, 

Ada yang punya kesehatan prima malah ia sombong dan menghina orang yang sakit sakitan 

Ada yang punya anak dan harta tidak sadar bahwa ini semua malah membuat pertanggungjawaban  berat di akhirat

Maka sedihnya nikmat nikmat itu justru  memudahkan manusia ke neraka…

😭

Berbeda dengan orang yang bertakwa, yang selalu yakin dan pasrah segala apapun yang dari Al Qur’an dan Hadist

maka api neraka dilepaskan jauh dari mereka.

وَسَيُجَنَّبُهَا الۡاَتۡقَىۙ‏ ١٧

Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa,

(QS. Al-Lail 92: Ayat 17)

Siapa orang yang bertakwa itu yaitu yang *memberikan hartanya di jalan Allah* dan dia bersedekah membersihkan dirinya. 

Orang orang yang bertakwa memberikan infaq hartanya dengan membersihkan sifat ketamakan atau sifat kekikiran karena pada setiap orang ada rasa cinta kepada dunia.

Orang bertakwa berharap semoga Allah memberikan hadiah ini yaitu SURGA.

Tujuan hidup kita mencari ridho Allah, bukan mencari ridho manusia.

الَّذِىۡ يُؤۡتِىۡ مَالَهٗ يَتَزَكّٰى​ۚ‏ ١٨

yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya),

وَمَا لِاَحَدٍ عِنۡدَهٗ مِنۡ نِّعۡمَةٍ تُجۡزٰٓىۙ‏ ١٩

dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya,

اِلَّا ابۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِ الۡاَعۡلٰى​ۚ‏ ٢٠

tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.

وَلَسَوۡفَ يَرۡضٰى‏ ٢١

Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).

(QS. Al-Lail 92: Ayat 18-21)

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan segala hal yang mendekatkan kepadanya, dari perkataan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan dari segala hal yang mendekatkan kepadanya, dari perkataan maupun perbuatan.

Aamiin Ya Robbal Alamin

Jazakumullah Khoiron katsiron 

Ustadz Arifin Jayadiningrat

Aksi Peduli Bangsa

Bersama Aksi Peduli Bangsa Mari Kita Membawa Perubahan

Setiap kontribusi Anda, sekecil apa pun, dapat membawa kebahagiaan dan harapan bagi mereka yang membutuhkan. Mari jadi bagian dari gerakan kebaikan ini.