Al-Qur’an itu membangun karakter. Bagaimana internalisasi nilai-nilai luhur yang proaktif dalam diri kita sehingga bisa kita aplikasikan tanpa terikat dengan waktu dan tempat.
Cara memahami satu ayat Al-Qur’an dengan metodologi tafsir Al ayat bilayat menafsirkan satu ayat dengan ayat-ayat yang lain.
اَلۡقَارِعَةُ ۙ ١
Hari Kiamat,
مَا الۡقَارِعَةُ ۚ ٢
Apakah hari Kiamat itu?
وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا الۡقَارِعَةُ ؕ ٣
Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
(QS. Al-Qori’ah: ayat 1-3)
Tidak ada kata-kata yang sia-sia di dalam al-qur’an karena ini pengulangan.
Kata-kata wama adroka itu sesuatu yang dahsyatnya luar biasa tapi mayoritas manusia meremehkan.
Contohnya di dalam surat Al-Qadr. Tahukah kamu tentang lailatul qadar, kita dikasih tahu Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 Bulan Allah (83 tahun). Tapi beberapa dari kita meremehkannya. Nyatanya tidak banyak datang ke masjid untuk itikaf. Kalaupun kita mau mendapatkan lailatul qadar harus dua-duanya kejar genap dan ganjil.
Jadi kalau kita lihat surat Al-Qariah memang sangat simpel sekali. Ini tentang dua kiamat. Kiamat pertama kehancuran. Kiamat kedua nanti di padang mahsyar yaitu hari pembalasan. Inilah yang diremehkan oleh mayoritas manusia.
Serangga yang terbang ke mana-mana dibahasakan laron. Kita lihat laron berserakan mati semua hanya hitungan menit. Hancur manusia sudah tidak ada harganya lagi.
يَوۡمَ يَكُوۡنُ النَّاسُ كَالۡفَرَاشِ الۡمَبۡثُوۡثِۙ ٤
Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan,
(QS. Al-Qori’ah: ayat 4)
Lalu Jibal itu gunung, anzal kita kalau baca ini Ya Allah Ya Rab kalaulah kita perhatikan kami turunkan al-quran di atas gunung yang begitu dahsyat kita akan melihat dia khusyuk tunduk terpecah belah.
وَتَكُوۡنُ الۡجِبَالُ كَالۡعِهۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِؕ ٥
dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
(QS. Al-Qori’ah: ayat 5)
Kok bisa gunung bisa hancur karena Al-Qur’an. Terus manusia tidak menerima ayat Al-Qur’an berarti manusia lebih keras daripada batu. Lebih keras daripada gunung, Padahal manusia dibandingkan gunung tidak ada apa-apanya.
Orang membanggakan dirinya itu seperti laron seperti serangga yang terbang dan lama-lama terjatuh mati semua.
Gunung pun hancur seperti bulu-bulu yang berterbangan Seperti kapuk Terbang. Al manfus terbang, artinya di sini Allah menggambarkan tidak ada yang kekal di dunia ini semua akan hancur kecuali kekuatan kekuasaan Allah.
Begitulah supaya kita sadar bahwa apa yang kita bawa hanyalah amal perbuatan.
Barang siapa yang amal ibadahnya banyak, timbangan amalnya berat.
Dari sini pemahaman masuklah penghayatan rasa.
Ada yang disakiti atau dikhianati tetap berbuat baik karena apapun itu ada balasannya di akhirat maka kita akan dapat hadiah dari Allah Surga Dunia namanya annafsul muthmainah.
Ada Surga Dunia namanya jiwa yang tenang maka irji kembalilah. Kenapa pulang itu senang nikmat? Kita mencintai Allah. Allah pun mencintai kita. Rida itu betul-betul kita senang bukan hanya pasrah rela.
Amalan yang memberatkan:
- Sholat jenazah mendapatkan dua qirat.
- Mengunjungi orang sakit (diturunkan 70.000 malaikat berzikir beristigfar).
- dzikir “Subhanallah Wabihamdihi Subhanallahil Adzim” dibaca 100 kali maka kita dihapuskan dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.
Jadi kalau kita lihat barang siapa yang timbangannya berat kebaikannya maka hidupnya menyenangkan atau memuaskan.
فَاَمَّا مَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِيۡنُهٗ ۙ ٦
Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
فَهُوَ فِىۡ عِيۡشَةٍ رَّاضِيَةٍ ؕ ٧
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang).
(QS. Al-Qori’ah: ayat 6-7)
Begitu juga sebaliknya, yang ringan amalnya berarti banyak dosanya. Ia akan berada di dalam pelukan api yang begitu dahsyat.
وَاَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِيۡنُهٗ ۙ ٨
Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ ؕ ٩
maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah.
وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا هِيَهۡ ؕ ١٠
Dan tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah itu?
نَارٌ حَامِيَةٌ ١١
(Yaitu) api yang sangat panas.
(QS. Al-Qori’ah: ayat 6-7)
Maka diterjemahkan dia akan kembali kepada ibu. Ada juga ibu namanya tanah nanti kita dalam pelukan tanah. Tapi ini di dalam dalam api neraka hawiah hawiah kata-kata diulang. Adroka adalah sesuatu yang dahsyat tapi kebanyakan orang meremehkan.
Dalam hadis api di dunia itu dipanaskan 1000 tahun nanti berubah warnanya seperti merah darah yang kental, dipanaskan 1000 tahun lagi menjadi warna putih, dipanasin Lagi 1000 tahun berarti sudah berapa ribu tahun tuh 3.000 tahun warna api neraka adalah hitam pekat.
Banyak orang tidak tahu neraka itu minta perlindungan kepada Allah dari api neraka kebayang ya 400 kali dalam satu hari neraka minta perlindungan.
Dari Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Abdullah Ibnu Rabbuh Al Bagdadi, telah menceritakan kepada ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahab Ibnu Atta, dari Yunus, dari Al Hasan, dari Ibnu Abbas dan dari Nabi SAW yang telah bersabda:
“Sesungguhnya didalam neraka Jahanam, benar-benar terdapat sebuah lembah, yang neraka Jahanam sendiri meminta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu, setiap harinya sebanyak 400 kali. Lembah itu disediakan bagi orang-orang yang riya' (pamer) dari kalangan umat Nabi Muhammad yang hafal Kitabullah (Al-Qur’an) dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Allah dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad (tetapi bukan karena Allah)"
Ya Allah lindungi aku dari Lembah yang panas sekali di api neraka namanya jubb Al hazn. Buat para Ustadz, buat para pembaca al-qur’an yang ngomongnya tidak sesuai dengan perilakunya.
Kalau orang sudah tahu di akhirat ada dua kiamat akan melihat dunia itu kecil di mata kita. Jangankan dunia, harga diri kita atau bahkan gunung pun semua akan menjadi habis (kiamat pertama). Sekecil apapun amalannya kita akan ditimbang (kiamat kedua).
Dari sini kita proaktif berbuat baik dan berbuat baik terus supaya timbangan kita BERAT nanti di akhirat.
Contoh kita punya harta sedekahkan ini yang akan menyebabkan tidak hancur semua yang disandarkan kepada Allah itu kekal.
Harus kita cek adalah hati kita siapakah yang menggerakkan kita berbuat baik, Allah kah atau manusiakah ? sehingga kita menjadi orang-orang yang memiliki nilai-nilai Proaktif Memahami Nilai-nilai proaktif dengan nilai-nilai reaktif ini sangat amat penting sekali.
Ketika kita berbuat sesuatu kebaikan, kita sudah merasa Muhsin. Itu artinya kita merasa sudah berbuat baik padahal belum tentu kita berbuat baik di mata Allah.
Sebab Allah Maha mengetahui isi Hati kita saat berbuat kebaikan, apakah yang menggerakkan perbuatan kebaikan itu? karena Manusiakah? atau karena Allahkah?
Apabila kebaikan digerakkan oleh penilaian manusia, maka nilai nilai kebaikan itu REAKTIF
Apabila kebaikan digerakkan oleh penilaian ALLAH, maka nilai nilai kebaikan itu PROAKTIF
Penilaian ini yang harus kita hati-hati bahwa orang berbuat baik karena MANUSIA maka NOL di mata Allah.
Semua orangpun tahu bahwa orang bersedekah supaya dibilang seorang dermawan maka NOL di mata Allah karena kita tahu hadist Nabi innamal a’malu binniyat bahwa seseorang berbuat apapun sangat tergantung NIATNYA
Kalau orang berbuat sesuatu supaya dapat pujian dari manusia maka dia digerakkan oleh faktor eksternal (karena manusia) itulah nilai nilai REAKTIF
Tanpa disadarinya orang berhenti untuk melakukan sesuatu karena manusia itu pun sama yaitu REAKTIF
Berjuang di jalan Allah, pada saat dakwah ada yang menghina kita mencaci maka kita ngambek. Akhirnya kita tidak Berdakwah lagi, maka ini menunjukkan bahwa perbuatan kita ternyata digerakkan oleh manusian (REAKTIF).
Nanti di akhirat rugi besar, jangan sampai kita melakukan sesuatu kebaikan tanpa kita sadari itu hanya karena manusia, ini berbahaya.
Mari kita tumbuhkan nilai proaktif yaitu selalu berbuat baik karena Allah.
Aamiin Ya Robbal Alamin
Jazakumullah Khoiron katsiron
Ustadz Arifin Jayadiningrat
Aksi Peduli Bangsa