Dalam Islam, kita diajarkan untuk berpikir rasional.
Rasio adalah pembanding. Berpikir pembanding adalah berpikir rasional.
Kita diajak untuk selalu membandingkan:
- Antara nikmat Allah dengan perintah dan larangan-Nya.
- Antara dunia dengan akhirat.
Kalau kita hanya melihat dunia saja, hidup ini terasa BERAT.
Tapi kalau kita ingat bahwa ada akhirat yang kekal dan abadi, dunia ini jadi terasa RINGAN.
Jadi, ada dua hal penting yang harus selalu kita ingat:\
- Nikmat Allah jauh lebih banyak dari perintah atau larangan-Nya.\
- Akhirat yang abadi jauh lebih berharga daripada dunia yang sementara ini.
Contoh:
Alhamdulillah Allah sudah kasih kita 24 jam penuh dalam sehari.
Bukan cuma waktu, tapi juga udara yang kita hirup, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kaki untuk berjalan, tangan untuk memegang, dan seterusnya.
Bahkan hal kecil seperti bisa berdiri pun adalah nikmat yang sering kita lupa.
Nah, begitulah Allah dengan nikmat-Nya.
Allah hanya minta kita luangkan 34 menit sehari untuk sholat (17 rakaat x 2 menit), untuk mengingat-Nya. Kalau dihitung, itu bahkan belum sampai 1 jam!
Coba bandingkan 24 jam penuh yang Allah kasih ( 1440 menit ) dengan 34 menit yang diwajibkan ? itu kecil sekali.
Jadi, apakah masih terasa berat 34 dibandingkan 1440?
Itulah berpikir rasional.
Sekarang coba bayangkan, kalau nikmat itu diambil satu persatu.
- Tidak sholat sekali ? Allah ambil nikmat berdiri sehingga tidak mampu berdiri.
- Masih tidak sholat? Allah ambil nikmat berjalan.
- Tetap tidak mau sholat juga? Allah ambil nikmat melihat.
Pasti semua orang langsung mau sholat bila ada panggilan sholat, bahkan lebih dari itu yaitu mengejar ibadah sholat sholat Sunnah.
Realitanya Allah tidak seperti itu. Allah tetap kasih nikmat-Nya, meskipun kita sering lupa atau lalai.
Padahal, nikmat-nikmat itu jauh lebih banyak dari perintah perintah Allah kepada kita.
Syetan bersumpah dihadapanNya agar manusia TIDAK BERPIKIR RASIONAL
inilah yang disebut tidak bersyukur
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
“kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau TIDAK akan mendapati kebanyakan mereka BERSYUKUR."
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 17)
Demikian pula larangan Allah..
Larangan larangan Allah seperti jangan mencuri, jangan korupsi, jangan berzina.
Kadang kita merasa berat menjauhi Larangan itu karena tidak berpikir rasional yaitu dengan MEMBANDINGKAN nikmat yang Allah limpahkan kepada kita dengan aturan larangan larangan Allah.
Bayangkan saja,
Kalau setiap kali kita melanggar, Allah langsung ambil nikmat-Nya,
- Korupsi? Allah ambil nikmat berdiri sehingga lumpuh.
- Berzina? Allah ambil nikmat melihat sehingga buta.
- Bohong? Allah ambil nikmat berbicara sehingga bisu
Jadi, bayangkanlah
nikmat nikmat Allah jika nikmat itu dicabut, hidup kita langsung berubah drastis menjadi SENGSARA dalam menjalani kehidupan sehari hari. 😭
Jadi sebenarnya, menjauhi larangan Allah itu sangat ringan kalau kita bandingkan dengan nikmat yang sudah Allah kasih.
Sekarang bayangkan, betapa baiknya Allah. Meski kita sering lalai, nikmat-Nya tidak berhenti, tetap Allah berikan kepada kita.
Ini artinya Allah masih kasih kita waktu untuk sadar dan kembali taat kepadaNya.
Jadi, yuk mulai ubah cara berpikir. Sholat itu bukan beban, tapi wujud syukur atas nikmat-Nya.
Inilah cara kita menjaga nikmat yang sudah ada.
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا کُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَا شْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ کُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan BERSYUKURLAH kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya ."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 172)
Pesan ayat ini : Bersyukur adalah pondasi semua bentuk ibadah kepada Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاَ مَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau *lbicarakan (dengan bersyukur)."
(QS. Ad-Duha 93: Ayat 11)
Esensi ayat ini : fokuslah kepada nikmat nikmat Allah SWT dengan membicarakan terus menerus dalam jiwa kita
Mengapa diperintahkan membahas dan membicarakan nikmat nikmat Allah ?
Agar hidup lebih mudah dan lebih tenang lebih damai kalau kita mulai lihat semuanya dengan pendekatan rasional ini.
KESABARAN menjalani perintah Allah dan Menjauhi larangan Allah itu SANGAT MUDAH dibandingkan KESABARAN dalam memikul atau merasakan azab Allah akibat kemaksiatan yaitu kesengsaraan di dunia apalagi kesengsaraan di akhirat.
Kesabaran yang sebenarnya adalah untuk mencegah kita dari masuk ke neraka, BUKAN kesabaran untuk menanggung azab Allah SWT.
KESABARAN yang sia sia adalah saat merasakan akibat kemaksiatan
فَاِ نْ يَّصْبِرُوْا فَا لنَّا رُ مَثْوًى لَّهُمْ ۗ وَاِ نْ يَّسْتَعْتِبُوْا فَمَا هُمْ مِّنَ الْمُعْتَبِيْنَ
“Meskipun mereka BERSABAR (atas azab neraka) maka nerakalah tempat tinggal mereka dan jika mereka minta belas kasihan maka mereka itu tidak termasuk orang yang pantas dikasihani."
(QS. Fussilat 41: Ayat 24)
Maka berpikir Rasional dalam kehidupan kita bukan sekadar ibadah biasa, tapi *investasi* kebahagiaan abadi.
Maka, mari berpikir rasional, melihat hidup dengan pembanding yang diajarkan oleh Al-Qur’an.
Ketaatan kepada Allah coba bandingkan dengan nikmat yang sudah Allah limpahkan kepada kita
Melihat Dunia coba kita bandingkan dengan kehidupan Abadi yaitu AKHIRAT.
Jazakumullah khoiron katsiron
Ustadz Arifin Jayadiningrat
Aksi Peduli Bangsa